Swine Flu baru-baru ini dikabarkan merebak ke sejumlah petani di China dan diduga berasal dari babi yang terkena virus yang mirip dengan Influenza A.
Dunia ini telah dikhawatirkan oleh kedatangan pandemi yang merenggut banyak nyawa dan juga merusak banyak sektor perekonomian. Tentu saja manusia harus selalu siap terhadap dinamika perubahan zaman termasuk dengan penyakit yang berpotensi menjadi pandemi. Belakangan ini Flu Swine menjadi tren di dunia karena kekhawatiran akan menjadi penyakit potensial yang membahayakan manusia.
Pada penemuan terbaru, riset telah memberikan peringatan bahwa ancaman flu dari tahun ke tahun selalu nyata. Pada jurnal tersebut, swine flu yang sedang bersirkulasi di China saat ini akan menjadi potensi menyebar ke manusia hingga menjadi pandemi.
Hal tersebut membuat manusia khawatir, bagaimana tidak, pandemi COVID-19 saja sudah membuat kehidupan manusia termasuk rencana-rencana di dalamnya rusak, dengan total terinfeksi lebih dari 10 juta. Belum sembuh dari virus corona, sudah ada saja penyakit aneh lainnya.
Tapi apakah kita harus khawatir terhadap swine flu ini? Tentu saja harus! Tiap tahunnya selalu ada kasus flu, yang menghasilkan ratusan ribu kematian. Flu seperti itu dinamakan sebagai flu “musiman” atau flu yang disebabkan oleh virus Influenza tipe B. Ada juga tipe virus flu yang lain yang berasal dari hewan, termasuk di antaranya adalah virus tipe A dari burung.
Beruntungnya, virus tipe A tersebut belum efektif dalam hal menginfeksi ke manusia, artinya efektivitas dalam penularannya tidak masif, kasusnya pun jarang ditemukan. Jadi manusia relatif lebih aman atau bahkan mungkin beberapa sudah ada imunitasnya tersendiri bagi tipe influenza yang lain (dimulai dari vaksin atau kemampuan alami manusia). Tapi, bukan berarti kemampuan suatu virus beradaptasi akan punah, virus akan terus mencari inang dan berevolusi terhadap kondisinya.
Jadi apabila suatu virus tipe A “Avian flu” dari burung berevolusi dan kemudian mempunyai kemampuan untuk menginfeksi manusia secara agresif, maka populasi manusia tentu saja terancam, sebagaimana seperti yang telah kita alami saat ini—pandemi akibat dari virus corona yang menyebabkan penyakit COVID-19.
Pada saat terjadi Flu Spanyol “Spanish Flu” tahun 1918, yang menyebabkan kematian sekitar 50 juta jiwa, telah mendemonstrasikan kepada kita semua mengapa pandemi influenza akan menjadi fatal bagi manusia dan tentu menjadi fokus utama dari World Health Organization (WHO) serta pemerintah-pemerintah yang ada di dunia.
Bagaimana virus tipe A Influenza bisa menginfeksi manusia
Virus-virus influenza menginfeksi sel pernapasan dengan cara menempelkan ke bagian reseptor spesifik dari suatu permukaan sel. Manusia dan burung mempunyai versi yang berbeda untuk bagian reseptor ini, yang berarti avian flu virus kurang efektif untuk “menempelkan” dirinya ke bagian permukaan sel manusia. Oleh karenanaya, kasus manusia terinfeksi tipe A sangat jarang.
Namun, virus flu bisa saja siap untuk mengganti segmen dari material genetik mereka (prosesnya dinamakan reassortment) jika dua jenis virus yang berbeda menginfeksi sel yang sama. Mungkin kamu tertarik untuk baca 9 virus mematikan dalam sejarah manusia.
Maka hal ini akan membuat suatu novel flu virus baru dengan kombinasi genetik yang sama. Akan sangat menakutkan apabila tipe A influenza dari burung mengkombinasikan dirinya dengan material genetik virus lain. Hal tersebut mengakibatkan tingkat infeksi yang tinggi ke manusia—jadilah pandemi selanjutnya.
Karena hal ini, sampai sekarang selalu saja ada organisasi atau instansi yang bergerak secara global untuk memantau perkembangan serta gerak-gerik dari sang virus yang berpotensi berbahaya bagi manusia di masa depan. Dalam jurnal terbarukan, swine flu yang ditemukan di China mempunyai suatu strain yang berpotensi menjadi epidemi.
Seberapa bahaya virus baru ini?
Sampel yang diambil dari virus yang berasal dari babi di China pada tahun 2011 hingga 2018 ditemukan enam tipe virus. Pada tahun 2011, virus yang dominan adalah variasi dari H1N1 “Influenza” tahun 2009.
Nah ada satu tipe yang menarik, ilmuwan mereferensikan/menyebutnya sebagai G4, pertama kali ditemukan dan diambil sampelnya pada tahun 2013, dan pada tahun 2018 sudah menjadi prioritas penelitian, satu-satunya tipe yang diisolasi.
Hal ini selaras dengan banyaknya kasus penyakit yang berkaitan dengan pernapasan pada babi, memberikan gambaran bahwa virus G4 original sudah beradaptasi untuk menginfeksi babi lebih agresif.
Hal ini kemudian menjadi kekhawatiran bahwa swine flu yang hanya dirasakan oleh babi bisa menular ke manusia dan menjadi pandemi selanjutnya.
Ilmuwan kemudian melakukan tes untuk mengecek potensinya dalam menginfeksi manusia dari virus G4 ini. Hasilnya justru mengejutkan, pola untuk penempelannya pada reseptor manusia mirip dengan penyakit influenza yang ada pada manusia.
Apakah harus khawatir?
Sampel darah yang diambil dari para peternak babi yang sudah menjalani kontak langsung secara regular ternyata mempunyai antibodi terhadap virus G4.
Mengejutkannya, hanya 10 persen dari peternak tersebut yang mempunyai antibodi. Di sisi lain, hanya 4 persen sampel yang diambil dari populasi secara umum yang mempuunyai antibodi tersebut. Hal ini kemudian memaparkan bahwa ternyata virus G4 sudah menginfeksi manusia. Ilmuwan kemudian merevisi bahwa frekuensi sampel yang positif terkena virus G4 meningkat belakangan ini.
Namun, saat ini tingkat penyebarannya tidak begitu luas dan gejala-gejala yang ditimbulkan tidak terlalu parah. Tetap saja virus-virus itu harus menjadi perhatian tiap-tiap manusia.
Hal ini membuat manusia harus tetap waspada seumur hidupnya. Kita tidak bisa ‘menggampangkan’ pandemi. SARS, MERS, H1N1, lalu sekarang COVID-19, semua pandemi ini sudah terjadi dalam waktu 20 tahun terakhir ditambah ebola, zika, dll., mendemonstrasikan bahwa virus-virus penyebab pandemi bisa terjadi kapan saja dan secara reguler.
Jangan lupa untuk baca bukumu agar terhindar dari berbagai macam penyakit! Segudang ilmu tentu tidak akan membawakan kerugian pada kita, waktu yang kita invest untuk membaca juga tidak sia-sia.