Migrasi adalah konsep perpindahan “angkat koper” yang sudah banyak dilakukan sejak abad ke-19, dimulai dengan eksplorasi dan penjelajahan Kerajaan Spanyol dan Kerajaan Inggris ke Benua Amerika.
Baca juga: Ekspansi Pertama Manusia dari Asia ke Benua Amerika
Mayoritas mereka yang bermigrasi ingin mendapatkan kehidupan yang lebih baik, oleh karena itulah mereka memilih untuk pindah kewarganegaraan dan menjadi warga negara resmi negara yang dipilihnya.
Sejak 20 tahun silam, orang-orang sudah mulai paham akan pentingnya bermigrasi, terutama bagi sebagian besar masyarakat China, India, dan juga warga di negara-negara Afrika.
Dari laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 20 tahun lalu terjadi migrasi sebanyak 152 juta jiwa. Sekarang jumlahnya semakin bertambah hingga 232 juta jiwa.
Apa yang Menyebabkan Seseorang Bermigrasi ke Negara Lain?
Tidak ada alasan yang pasti dari setiap individu, tapi kami berhasil merangkum apa yang menjadi alasan dan faktor pendorong besar mereka untuk memilih tinggal dan hidup di luar negeri.
Taraf hidup yang lebih baik
Alasan utamanya mereka pindah adalah karena kualitas hidup yang buruk di negara asalnya. Entah itu karena perlakuan pemerintah terhadap warganya ataupun susahnya lapangan pekerjaan karena banyaknya manusia seperti yang terjadi di China dan India.
Para imigran berpikir bahwa jika berada di luar negeri maka kehidupannya akan mengarah lebih baik, dengan kualitas udara, makanan yang sehat, pekerjaan dengan gaji yang sepadan, dan kehidupan yang layak di masa depan.
Baca juga: Sekolah Termahal di Indonesia SPPnya Seharga Rumah
Mencari suasana baru
Dalam situs pemerintah yang menganulir imigrasi dan kewarganegaraan menggarisbawahi poin “a breath of fresh air.”
Pindah ke luar negeri, melanjutkan kehidupan artinya menemukan sebuah kotak puzzle yang hilang dalam insan dirinya, karena ada orang yang ingin menggapai mimpinya dengan mencari kehidupan baru di luar negeri.
Baca juga: Negara-negara yang Hilang dari Peta Dunia
Adapun beberapa orang merasa di negara kelahirannya kurang dihargai kemampuannya dan beberapa di antaranya sering jadi bahan perundungan mungkin karena tekanan sosial seperti peer pressure dan tuntutan keluarga.
Mereka ingin memulai kehidupan tanpa diganggu dengan orang-orang yang akan menghambat perkembangan hidupnya. Oleh karena itulah migrasi dikaitkan sebagai mencari suasana baru.
Komunitas pendukung di negara tujuan
Eropa dan Asia menjadi benua dengan populasi migran terbesar di dunia. Ambil contoh laporan dari DW yang menyatakan bahwa mayoritas orang Eropa lebih memilih bermigrasi ke Jerman dengan alasan biaya perjalanan, ongkos hidup, dan komunitas pendukung.
Ada Lithuania, Bulgaria, Turki, Polandia, Romania, dan negara lainnya yang datang ke Jerman. Jumlah populasi migran dari negara tesebut sudah sangat banyak di Jerman.
Oleh karena itulah jumlahnya kian hari semakin bertambah karena mayoritas migran akan merasa seperti ‘di rumah’ dengan banyaknya komunitas yang berasal dari negara yang sama.
Hal serupa juga terjadi di Indonesia. Mayoritas Warga Negara Indonesia (WNI) lebih memilih tinggal di negara-negara ASEAN, Australia, Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat.
Senada dengan apa yang telah dipublikasikan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) dan laporan dari DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dalam rapat yang mengkaji brain drain.
Jadi, sudah ada banyak komunitas Indonesia di negara-negara yang sudah disebutkan. Arus pertama gelombang migrasi di Indonesia terjadi sejak kepemimpinan Soekarno karena kebebasan yang sudah dimiliki Indonesia.
Negara asal yang tidak aman
Sudah ada banyak sekali pengungsi dari negara medan perang seperti Afghanistan dan Iraq. PBB juga menghimbau kepada negara-negara yang menjadi tujuan favorit pengungsi medan perang agar lebih terbuka terhadap imigran.
Baca juga: Kejahatan Perang yang Dilakukan Sekutu Pada Perang Dunia 2
Tapi memang, migran itu ada yang baik dan juga ada yang buruk. Bahkan pemerintahan Jerman juga sudah memasang aturan yang ketat bagi para migran, terutama mereka yang merupakan pengungsi dari medan perang.
Jalan yang begitu luas bagi para pengungsi medan perang ini tidak selalu membuahkan hasil yang baik, bahkan Anderson menuntut agar para migran bisa mengkualifikasikan dirinya dengan baik di Jerman dan menjalankan profesi yang sudah dimilikinya dengan sungguh-sungguh.
Jika tidak dilaksanakan dengan baik oleh migran, maka pemerintah pun tidak segan untuk mendeportasikannya ke negara asal atau tidak mendapatkan perhatian sama sekali.
Sektor pekerjaan yang banyak
Semakin maju suatu negara maka semakin banyak sektor pekerjaan dan lapangan pekerjaan. Mengapa? Dalam standar negara maju, mereka hanya mematok 2% tingkat pengangguran.
Hal itu merupakan persentase yang sangat bagus, artinya pekerjaan lebih mudah didapat jika dibandingkan dengan negara asalnya dari migran negara berkembang misalnya.
Baca juga: Kenapa Suatu Negara Mustahil Apabila Tidak Ada Pengangguran
Contoh saja, kamu tinggal di Bali, sektor pekerjaan yang dapat kamu miliki tidak banyak, hanya sebatas industri travel, petualangan outdoor, dan hal serupa.
Tetapi jika kamu tinggal di Jakarta, kamu bisa bekerja dalam sektor teknologi, keuangan, dan lain-lain. Nah, ini baru skala nasional, gimana dengan mereka yang bermigrasi secara internasional?
Bisa saja di Indonesia ada pekerjaan yang kurang dihargai, sementara jika tinggal di luar negeri maka pekerjaan ia dapat diapresiasi dan didukung, ya seperti proyek mobil listrik.
Catatan kaki: